Sunday, March 22, 2015

MENSUCIKAN JIWA

"Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. " (al-Baqarah: 151)
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (asy-Syams: 9-10)
“Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan dien (agama)kepada-Nya ,lagi bersikap lurus.” (Qs:Al-Bayyinah:5)

Tuesday, March 25, 2014

Musik Kehidupan (Adab Bercanda)

Karena di relung itu kadang ada ruang kosong yang sunyi senyap..



dengan musik riang kehidupan ruang kosong itu tuk sejenak menjadi semarak..

  

Apakah boleh kita bercanda? 

Pada dasarnya bercanda tidak dilarang selama tidak berlebihan. Berbeda dengan sabar yang tidak ada batasnya, maka bercanda ada batasnya. Tidak bisa dipungkiri, di saat-saat tertentu kita memang membutuhkan suasana rileks dan santai, menghilangkan rasa pegal dan lelah selepas aktivitas kuliah atau bekerja. Maka harapannya dengan sedikit suasana yang cair tersebut kita dapat menyendurkan urat-urat syaraf kita yang menegang karena aktivitas..


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun Bercanda
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati serta membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap ada batasnya. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa hadits yang menceritakan seputar bercandanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti hadits dari ‘Aisyahradhiyallahu ‘anha“Aku belum pernah melihat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pun menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih)

Adapun contoh bercandanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda dengan salah satu dari kedua cucunya yaitu Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” (Lihat Silsilah Ahadits Shahihah, no hadits 70)

Adab Bercanda Sesuai Syariat
Poin di atas cukup mewakili arti bercanda yang dibolehkan dalam syariat. Mari kita perhatikan batasan-batasan yang lebih jelas dalam bercanda:
  1.  Meluruskan tujuan yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh semangat baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
  2. Jangan melewati batas. Sebagian orang sering berlebihan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.
  3. Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
  4. Jangan bercanda dalam perkara-perkara yang serius. Seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim (pengadilan-ed), ketika memberikan persaksian dan lain sebagainya.
  5. Hindari perkara yang dilarang Allah Azza Wa Jalla saat bercanda.
    a. Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda
    Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallambersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) 
    Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud. Di Shahihkan AlBany -SI)
    b. Berdusta saat bercanda. 
    Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud, Di Shahihkan AlBany-SI). Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam“Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi-Tirmidzi, berkata hasan shahih-SI))
    c. Melecehkan sekelompok orang tertentu. Misalnya bercanda dengan melecehkan penduduk daerah tertentu, atau profesi tertentu, bahasa tertentu dan lain sebagainya, yang perbuatan ini sangat dilarang.
    d. Canda yang berisi tuduhan dan fitnah terhadap orang lain.
    Sebagian orang bercanda dengan temannya lalu mencela, memfitnahnya, atau menyifatinya dengan perbuatan yang keji untuk membuat orang lain tertawa.
  6. Hindari bercanda dengan aksi atau kata-kata yang buruk. Allah telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. Al-Isra’: 53)
  7. Tidak banyak tertawa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah-Di shahihka ASlbany-AH)
  8. Bercanda dengan orang-orang yang membutuhkannya. 
  9. Jangan melecehkan syiar-syiar agama dalam bercanda. Umpamanya celotehan dan guyonan para pelawak yang mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-ayat Al-Qur’an dan syair-syiarnya, wal iyadzubillah! Sungguh perbuatan itu bisa menjatuhkan pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran.



Demikianlah mengenai batasan-batasan dalam bercanda yang diperbolehkan dalam syariat. Semoga setiap kata, perbuatan, tingkah laku dan akhlak kita mendapatkan ridlo dari Allah, pun dalam masalah bercanda. Kita senantiasa memohon taufik dari Allah agar termasuk ke dalam golongan orang-orang yang wajahnya tidak dipalingkan saat di kubur nanti karena mengikuti sunnah Nabi-Nya. 



Diringkas dari: majalah As-Sunnah edisi 09/tahun XI/ 1428 H/2007 M

Monday, March 17, 2014

Peran Muslimah dalam Amal Jama'i

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Apa yang terlintas di benak ukhtifillah ketika kita berbicara tentang peran akhawat dalam amal jamai? 
Hmm, mungkin yang terpikir dibenak sahabat semua saat ini adalah menjadi korwat, sekretaris, bendahara atau seksi konsumsi? :) . 
Ya, hal-hal tersebut mungkin porsi yang sering kita isi dalam posisi fungsional dalam sebuah amal jama'i. Namun sejauh apakah sebenarnya peran tsb?

Kalau berbicara tentang posisi laki-laki dan perempuan dalam Islam tentu kita semua sudah tahu, bahwa Islam adalah agama yang sangat memuliakan wanita, dan tentu sudah banyak sekali buktinya. Salah satunya Allah secara istimewa menamai sebuah surat dalam Al-Quran dengan nama Annisaa. Begitupun Rasulullah mengumpamakan seorang wanita shalihah sebagai sebaik-baik perhiasan:


Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)

Lalu bagaimana dalam hal amalan shalih? 


"Barang siapa yang mengerjakan amalan saleh, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka pasti  akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan. " (An-Nahl: 97)


Dari ayat diatas, dapat kita ketahui bahwa tidak ada yang membedakan kita dengan laki-laki dalam hal mengerjakan amalan shalih. Begitupun dalam amalan shalih jama'i, tentu kita memiliki peran, porsi dan kewajiban yang sama besarnya dengan laki-laki. Lalu apa yang membedakannya? 


Hal-hal yang membedakannya tersebut terletak dalam karakteristik dari laki-laki dan perempuan itu sendiri. Allah mengaruniakan kita dengan beberapa sifat  yang lebih dominan dari laki-laki, begitupun sebaliknya. Jika diibaratkan laki-laki adalah sebagai leader, maka perempuan adalah sebagai manajer.  Kalau kita ibaratkan menejer itu sendiri punya fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengontrol dengan baik


Yuk kita belajar dari ibunda kita, ibunda terbaik sepanjang masa Siti Khadijah ra. Beliau dengan keshalihannya, ketangguhannya, kegigihannya, kecerdasannya, kedermawanannya, dan pengorbanannya, senantiasa merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengontrol dengan baik dakwah bersama Rasulullah kala itu. Suatu ketika Siti Khadijah sedang menanak nasi, kemudian tanpa sadar beliau menangis. Rasulullah yang kala itu melihatnya, menghampirinya dan bertaya gerangan apa yang membuat beliau menangis. Melihat apa yang sedang dilakukan Siti Khadijah, Rasulullah meminta maaf kepadanya, karena tak ada lagi yang mereka miliki kecuali segenggam beras yang sedang ditanak saat itu. Namun, bukan... bukan hal itu yang membuat ibunda menjadi mendung, kesedihannya tersebut karena tak ada lagi harta yang dapat beliau berikan untuk dakwah ini. 


Atau kisah2 shabiyah lain, yang tak pernah gentar menghadapi musuh langsung dalam medan perang. Zainab Al Ghazali seorang ibu tidak berdosa harus menjadi santapan anjing lapar di penjara sempit dan berbau. 

Berhari-hari, berbulan-bulan bahkan sampai bertahun tahun ia tinggal dalam sel penyiksaan itu. Padahal ia hanya seorang perempuan biasa yang setiap hari menyampaikan ceramah dari satu rumah ke rumah yang lain, dari satu majlis ke majlis yang lain.

Kita akhawatfillah belum sampai berhabis-habisan menginfakkan harta kita, belum sampai diminta menyerahkan nyawa kita. 

Maka Tetaplah di sini, biar mereka faham mengapa kita begitu mencintai dakwah ini. Tegarlah di sini sampai akhirnya Allah memanggil kita dengan keridhaannya...

Dan optimalkan peran kita sebagai manajer muslimah dalam amal jama'i yaitu untuk senantiasa  berbuat, berbuat, dan berbuat sesuai dengan karakter kita. 
"Lakukan segala apa yang mampu kalian amalkan. Sesungguhnya Allah tidak jemu sampai kalian sendiri merasa jemu," (HR. Bukhari )

Wallahu'alam


#Untuk100PejuangQuran

#CintaiYangDekat
#UjianSehatSehatUjian





Sabtu, 16 Maret 2014
diujung hari 23.42

Sunday, February 16, 2014

Tanpa Judul

Menangislah engkau, niscaya kedua matamu menangis
Kemudian mata tersebut mengeluarkan darah dengan tidak henti-hentinya
Apa artinya engkau menangisi orang-orang yang melempakan tangan mereka kepada kebinasaan?

Kenapa engkau tidak ingat kaum-kaum yang mulia?
Kenapa engkau tidak ingat orang mulia dan bercita-cita di kalangan kami?

Orang yang toleran dan benar tingkah lakunya?

Yaitu Rasulullah saw., saudara yang mulia dan dermawan

Aku bersumpah dengan orang yang jika ia bersumpah, ia melaksanakan sumpahnya
Bahwa perumpamaan beliau dan perumpamaan ajaran yang diserunya adalah terpuji dan tidak lemah

(Hassan bin Tsabit)
Dikutip dari: Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam jilid 1

Kepingan

Setiap kepingan dlm hati ini menyimpan kepekaan. Kepekaan-kepekaan yg bergejolak seperti gumpalan gelombang di lautan, tetapi kemudian gejolak ini diselingi oleh saat-saat tenang. 

Ketenangan yg mendahului gempuran angin topan. Angin topan yang menghempaskan kelalaian dan ketersumbatan, yang sebelumnya membuat hati ini tertidur selamanya.


Maka hati dengan mengingat Rabbnya lah kepingan berserak tersebut terekat. Yang meniupkan kembali hangatny ruh-ruh keimanan

"Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) dan janganlah mereka berlaku seperti orang-orang tersebut menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak diantara mereka menjadi orang-orang fasik" (Q.S Al-Hadid: 16)

10 Januari 2014
#RoadToDP2Q1
#Untuk100PejuangQuran

Hikmah Hujan


......HARI INI SENDU, AWAN BIRU MENJADI ABU
TETESNYA TAK PERNAH JEMU, MEMBASUH JIWA YANG BERDEBU 
NAMUN DAPATKAH KITA MENANGKAP MAKSUD DIBALIK ITU?......

HUJAN. HUJAN. HUJAN.
Allah menurunkan karunia hujan dengan hikmah-Nya untuk kita. 
Sudah dapatkah kita membaca hikmah-hikmah tersebut?

Pertama, hujan merupakan rahmat dari Allah untuk seluruh makhluk
“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy Syuura: 28).

Kedua, hujan merupakan rizki bagi seluruh makhluk
“Dan di langit terdapat rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz Dzariyat: 22). Dari langitlah diturunkannya hujan, dimana dengan sebabnya keluarlah berbagai rezeki dari dalam bumi.

Ketiga, hujan juga merupakan pertolongan dari Allah
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (QS. Al Anfal: 11)

Keempat, Sebagai alat bersuci hamba-hamba Nya
“dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu” (QS. Al Anfal: 11).

Kelima, hujan merupakan permisalan atas kekuasaan Allah di hari akhir kelak
“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). ” (QS. An Nahl: 65)

Keenam, sebagai adzab atas para pelaku maksiat
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adaah adzab. Dan pernah suatu kaum diberi adzab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad) ketika melihat adzab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” HR. Bukhari no. 4829 dan Muslim no. 899.

HUJAN.. HUJAN... HUJAN..
SALAH SATU MEDIA SANG JIWA MEMBERSIHKAN DEBU
12 Januari 2014

#RoadToDP2Q1
#Untuk100PejuangQuran

You're Not Alone

Ingin membagi sebuah catatan, nostalgia saya ingat perjuangn di DS, PMB tahun lalu, hingga DP2Q 2 Mata' XIX kemarin :) . Semoga menambah semangat kita di tengah2 hirup pikuk agenda dakwah saat ini..
Bismillaahirrahmaanirrahiim.. 

Dalam lingkaran itu, bersama mereka yang tiada habisnya berpanjang kata, tiada habisnya mengurai tawa, tiba-tiba seorang saudara meneteskan air mata.. “Teh, sebenernya saya sedih.. Saya cape, bingung, yang lain ga tau pada kemana. kenapa harus kita lagi kita lagi, padahal pengurus dkm itu sebenernya kan banyak ya teh? Saya teh suka sebel kalo diajakin rapat bilangnya banyak tugas, besok mau ulangan, emgnya kita engga teh?! Saya harus gimana dong teh?”

Sahabat, mungkin pernah dicurhatin seperti itu oleh menteenya atau oleh adik tingkatnya. Yaaa, saya teringat curhatan adik-adik mentee dan adik-adik tingkat ketika DP2Q 2 lalu, yang kurang lbih intinya sama kaya diatas. Dan mungkin perasaan itu juga pernah menghinggapi kita.. Yap. Apalagi di tengah pergulatan event dakwah saat ini, pada ujung perjuangan mungkin kita akan menjadi rentan merasakan perasaan ini..

Yaa adalah sebuah kewajaran ketika kita merasa “sendiri” di jalan ini. Karena memang begitulah karakteristiknya, jalannya panjang terjal berliku, dan peminatnya sedikit. Tapi yang perlu kita ingat bersama adalah bagaimana kita bersikap terhadap kesendirian tersebut.